Senin, 09 November 2015


Kemerdekaan Diperoleh dengan Menyerahkan Kemerdekaan

Perang saudara di Inggris terjadi bertahun-tahun antara kubu parlemen dan kerajaan. Kubu parlemen berhasil memenangkan peperangan. Situasi damai tidak begitu lama. Perang saudara antara kedua kubu yang sama pecah kembali! Akhirnya peperangan dimenangkan oleh kubu kerajaan. (Simon Petrus L. Tjahjadi 2004: 228)

Situasi seperti itulah yang terjadi di masa kehidupan Thomas Hobbes (1588-1679). Dari situasi itulah ia menyimpulkan teori
homo homini lupus est. Manusia adalah serigala bagi sesamanya (Simon Petrus L. Tjahjadi 2004:230). Kehadiran dan kemerdekaan seseorang mengancam keberadaan dan kemerdekaan orang lain. Satu-satunya cara agar manusia tidak merasa terancam adalah dengan melawan manusia yang lain. Oleh sebab itu, tidak heran jika Hobbes menganalogikan manusia seperti serigala yang saling menyerang sesamanya. Kendati demikian, hal ini tidak membuat kondisi lebih baik, malah memperparahnya karena nyatanya manusia senantiasa hidup di tengah orang lain. Bagaimana manusia dapat hidup harmonis? Bagaimana manusia dapat bebas dari tindakan saling mengancam?

Hobbes mengusulkan agar antar manusia saling mengadakan perjanjian. Masing-masing manusia menyerahkan seluruh kemerdekaannya di bawah suatu kekuasaan yang mempunyai pengaruh atau kekuasaan besar terhadapnya (Simon Petrus L. Tjahjadi 2004: 231). Hobbes mengatakan bahwa kekuasaan yang lebih besar itu adalah negara. Dengan kata lain, kehidupan yang bebas dari sikap saling mengancam ditemukan ketika manusia saling memberikan kemerdekaannya. Kemerdekaan komunal diperoleh lewat menyerahkan kemerdekaan pribadi-pribadi. Dengan demikian, hidup harmonis dapat terwujud. Tindakan destruktif manusia satu sama lain dapat dihindarkan. Inilah nantinya yang menjadi cikal bakal teori terbentuknya negara berdasarkan kontrak sosial.

Menyerahkan kemerdekaan berarti mentaati norma-norma yang dibuat oleh kekuasaan yang lebih tinggi. Norma-norma itulah yang menjamin kehidupan menjadi harmonis. Manusia yang menyerahkan kemerdekaannya akan dilindungi oleh kekuasaan yang lebih tinggi. Bagaimana jika ada manusia yang tidak menyerahkan kemerdekaannya kepada kekuasaan yang lebih besar? Hobbes menjawab, manusia seperti itu harus disingkirkan karena mengancam kemerdekaan bersama. Nah... Term “kekuasaan yang lebih tinggi” ini dapat diganti dengan term yang lebih cocok dan kita akan menemukan betapa kontekstualnya teori ini. Misalnya, term tersebut diganti dengan negara, kelas, komunitas, dan sebagainya.

Dari sini kita menarik lebih lanjut bahwa mentaati norma yang ada adalah bentuk menyerahkan kemerdekaan yang dapat dilakukan. Bisa jadi, jika komunitas kita kurang akur, ada pihak-pihak yang memang sengaja tidak mau menyerahkan kemerdekaannya. Jika ditarik lebih luas lagi, bisa jadi pihak-pihak yang membuat suasana kurang harmonis di negara ini disebabkan karena mereka tidak mau menyerahkan kemerdekaannya. Mereka tidak mau taat pada norma yang ada. Tidak heran jika masih ada saja tindakan pelanggaran kemerdekaan orang lain di negri ini.

Apa yang dibutuhkan adalah kesadaran seperti ini, “Aku menyerahkan kemerdekaan bukan karena aku mau menjadi objek komunitas atau organisasi dan sebagainya. Aku menyerahan kemerdekaanku dan memilih untuk taat agar aku dapat menjadi subjek yang berperan dalam mewujudkan kemerdekaan dalam hidup bersama.”

Daftar Pustaka
Tjahjadi, Simon Petrus L., Petualangan Intelektual: Konfrontasi dengan Para Filsuf dari Zaman Yunani Hingga Zaman Modern, Kanisius, Yogyakarta, 2004.
 By.Robertus Silveriano 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar