Menatap Masa Depan Indonesia
Kemerdekaan
Proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia telah dikumandangkan Ir. Soekarno pada tanggal
17 Agustus 1945. Dikumandangkannya proklamasi itu menunjukkan kebebasan
Indonesia atas penjajahan. Banyak peristiwa penting yang mengiringi Indonesia
menuju kemerdekaanya. Tentu tidak bisa dilepaskan begitu saja
peristiwa-peristiwa
penting 70 tahun yang lalu, entah yang baik maupun yang buruk. Peristiwa yang mendekati diproklamirkan kemerdekaan Indonesia adalah ‘kengototan’ golongan muda yang melawan perspektif dari golongan tua. Berawal dari ‘kengototan’ itulah kita bisa merasakan indahnya kemerdekaan hingga saat ini.
penting 70 tahun yang lalu, entah yang baik maupun yang buruk. Peristiwa yang mendekati diproklamirkan kemerdekaan Indonesia adalah ‘kengototan’ golongan muda yang melawan perspektif dari golongan tua. Berawal dari ‘kengototan’ itulah kita bisa merasakan indahnya kemerdekaan hingga saat ini.
Kengototan, kekreatifan, kegigihan
dan semangat pemuda menjadi penyempurna bingkai kemerdekaan Indonesia. Semangat
serta keberanian menjadi kunci untuk mendapatkan hak kebebasan. Terhitung sejak
1945 Indonesia sudah menginjak usia yang ke 70 tahun dalam memperoleh
kebebasan. Setiap tahun pula kita mendengarkan teks proklamasi itu
dikumandangkan lewat berbagai macam kesempatan. Dengan dikumandangkan teks
proklamasi itu, Negara Indonesiselalu mengingat perjuangan manis para
pendahulunya. Namun, semua itu tak sesuai dengan kondisi pasca kemerdekaan 70
tahun yang lalu.
Fakta
Kemerdekaan bukan
berarti tanpa perpecahan. Masalah yang baru tentu membutuhkan pemecahan masalah
yang baru pula. Bung Karno sebagai pemimpin Indonesia dan menjadi motor
dikumandangkannya kemerdekaan Indonesia, mencoba menerapkan beberapa
kebijakannya. Mulai dari demokrasi liberal, demokrasi terpimpin sekitar tahun
1950 Indonesia mencoba berbenah diri akibat penjajahan kolonial Belanda. Kebijakan
orag nomor satu Indonesia itu taka banyak membuat perubahan hingga orde lama
berakhir.
Orde lama telah bergeser ke orde
baru. Telah saya katakan bahwa hal yang baru tentu akan mengakibatkan masalah
baru. Benar saja, dibawah rezim Soeharto Indonesia bukannya mengalami kemajuan
malahan sebaliknya.sektor ekonomi menjadi sebuah ancaman yang berarti untuk
Indonesia. Lemahnya pergerakan Indonesia karena pengaruh G30/S/PKI membuat
Indonesia harus menelan ludah lebih dalam dan bekerja lebih keras dari
biasanya. Pada masa pemerintahan Soeharto meninggalkan luka yang cukup dalam
sekalipun banyak infrastruktur di Indonesia yang dibenahi. Kelengkapan
infrastruktur tak bisa mengobati sakitnya Indonesia di era orde baru. Meskipun
sekali lagi terbantu dengan terbentuknya partai politik, Indonesia tak bisa
menyembunyikan keterpurukannya.
Masih hangat dalam benak kita
bagaimana kaum kapitalis menjadi ancaman yang cukup serius. Kapitalisme menjadi
raja di Indonesia saat itu. Semboyan, “Yang kaya makin kaya, yang miskin makin
miskin” menjadi hal yang sudah biasa.
Beralih dari era orde baru ke era
reformasi. Reformasi pun tak bisa menjawab semua permasalahan di Indonesia. Perpindahan
jabatan dari Soeharto ke Bj. Habibie kemudian Gus Dur dan Megawati, Indonesia
mulai berbenah. Meski dengan kecepatan yang stagnan cenderung lambat, Indonesia
memandang jauh ke depan. Sistem pemerintahan mulai menemukan ritme dan prospek
yang cukup berarti. Meskipun di tangan Megawati Indonesia mengalami
perkembangan, Indonesia masing dibayangi keterpurukan dan kelemahan. Cukuplah
fakta mengenai Indonesia pasca kemerdekaan. Pertanyaanya, kemanakah pemuda
Indonesia?
Berkaca
pada Peristiwa pra-Proklamasi
Indonesia tentu bangga dengan
pemuda-pemuda pemberani angkatan ke ’45. Berkat kegigihannya, Indonesia
memiliki kebebasan sejak 17-08-1945. Peran pemuda terasa nyata dan melahirkan
pahlawan muda yang pemberani dan memiliki jiwa ksatria. “Berani mati untuk
membela Indonesia” adalah semboyan salah satu pejuan Surabaya, Bung Tomo.
Berkat keuletan kepemimpinannya Surabaya berhasil mendapatkan kebebasan. Sebenarnya,
banyak sekali peran pemuda untuk Indonesia sendiri yang tentu tidak akan muat jika
dijelaskan satu-per-satu. Kongres Pemuda, Sumpah pemuda menjadi bukti
kontribusi para pemuda Indonesia untuk kemerdekaan negaranya, Indonesia.
Perdebatan sengit antara golongan
muda dan golongan tua mengakibatkan peristiwa rengasdengklok yang sungguh
mencekam waktu itu. Jika bukan pemuda yang bertindak berani, akankah kita
melakukan upacara bendera setiap tanggal 17 Agustus?
Menatap
Masa Depan Indonesia
Bukankah Indonesia
memiliki pemuda yang tangguh, berani dan memiliki semangat juang di era ’45? Tapi
mengapa sekarang Indonesia tidak memiliki pemuda itu lagi?
Tentunya dua pertanyaan itu menjadi
pertanyaan besar di setiap pribadi Bangsa Indonesia. Peran pemuda seakan
hilang, lenyap bahkan seperti tak ada suara. Dua bulan terakhir Indonesia
terhimpit masalah yang berbelit-belit. Oknum yang menjadi provokator tak jauh
dari petinggi-petinggi negara. Pemuda semakin kehilangan peran dalam
kenegaraan. Mereka sendiri terbelenggu dengan masalah globalisasi yang semakin
meracuni pikiran pemuda. Globalisasi sebenarnya tak jauh dari kata kapitalisme.
Seperti budaya yang masuk, tak pernah diseleksi, akhirnya menjadi budaya lokal.
Sudah saatnya pemuda mengambil
sikap. Sikap yang dulu dimiliki oleh Bung Tomo dan kawan-kawan, dan masih
banyak tokoh lain yang bisa dijadikan contoh nyata. “Mungkinkah pemuda saat ini
mendapatkan sikap itu kembali?” Selama masih ada harapan, kemungkinan itu masih
tetapi ada. Namun ketika Indonesia tidak
memiliki harapan itu lagi, tak bisa dibayangkan bagaimana nasib Indonesia 20
tahun ke depan.
Masa depan Indonesia tercermin dari
wajah pemuda saat ini. Bukan hanya keberanian yang harus dimiliki namun juga
ketrampilan dan kekreatifan dalam memunculkan inovasi-inovasi baru. Indonesia
memiliki jutaan pemuda yang bisa menjadi tonggak penerus bangsa. Bukan. Bukan
penerus bangsa. “Tidakkah Indonesia saat ini memiliki budaya korupsi?” Tentu
sebagai warga Indonesia, tidak ada yang mau jika pemuda menjadi penerus budaya
korupsi ini. Mungkin, Pemuda bisa menjadi generasi pembaharu dan penerus
semangat juang pemuda tahun 1945. Ketika semangat itu kembali dimunculkan,
tidak mustahil bahwa Indonesia akan mencapai masa depan yang diinginkan.
Sederhana
Wadah ynag disediakan Indonesia
untuk para pemudanya dirasa sungguh cukup, bahkan lebih dari cukup. Wadah utama
yang bisa dimanfaatkan adalah pendidikan. Contoh nyata dan terkini adalah
Universitas atau perguruan tinggi yang lain. Memaksimalkan satu sisi saja
rasanya cukup membentuk karakter bangsa 20 tahun ke depan. Sederhana saja,
dengan masuk saat jam kuliah dan mengerjakan setiap tugas yang diberikan dosen
adalah cara untuk berkontribusi terhadap pendidikan di Indonesia.
Kuliah
bukan sebagai cara kabur dari rumah, namun mengasah otak agar lebih pandai
dalam bersikap. Memanfaatkan waktu untuk duduk di dalam kelas dari pada duduk
di kantin. Bukan dengan meliburkan diri di saat ada kuliah, namun melibatkan
diri untuk bergabung dalam keorganisasian. Meluangkan waktu untuk berdiskusi,
bukannya menyediakan waktu untuk duduk santai sambil berfantasi. Sejenak
memikirkan masa depan Indonesia, bukan hanya memikirkan si jantung hati. Berfikir
untuk memberikan setetes keringat untuk Indonesia, bukan mengambil hasil
keringat orang lain dengan mengambil uang negara dan memasukkannya dalam buku
tabungan.
Sumber : buku “Mencari Indonesia “
–Meninjau Masa Lalu Menatap Masa Depan- (Sebuah Tinjauan Kultural); Pramudya
Ananta Toer, Saini K.M.; Penyunting: Oky Syeiful Rahmasdsyah Harahap ; Penerbit
: YES INDONESIA tahun 2011
Oleh: Fendi Hadi
Saputro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar